MobilKomersial.com — Pelumas dengan viskositas yang rendah diketahui sangat baik bagi mesin kendaraan roda empat seperti 0w-16 dan 0w-20 karena tidak mengalami penguapan di dalam ruang mesin.
Sebenarnya pelumas dengan API SP SAE 0W-16 telah ada selama hampir dua dekade di Jepang. Ini adalah oli yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi waktu pemanasan mesin.
Di Amerika senidir, pelumas dengan SAE 0W-16 akan menjadi bagian dari peluncuran ILSAC GF-6 sebagai oli GF-6B. Yang penting tentang oli GF-6B adalah bahwa spesifikasinya tidak akan kompatibel ke belakang karena nilai viskositas yang baru.
Baca juga: Daimler, Toyota, Fuso dan Hino Jalin Kolaborasi, Perkuat Bisnis Kendaraan Komersial Berskala Global
”Dengan meningkatnya standar penghematan bahan bakar yang berlaku pada tahun 2025, pembuat mobil domestik dan impor akan beralih ke SAE 0W-16 di masa mendatang, dan kemudian beralih ke SAE 0W-8,” kata CEO dan Founder PT Welty Indah Perkasa (Wealthy Group), Arief Hidayat kepada MobilKomersial.com, Rabu (31/5/2023).
Menurut Arief, dalam penelitiian beberapa insinyur dan perusahaan minyak, pengurangan kecil empat titik viskositas dapat meningkatkan penghematan bahan bakar sebanyak 2%.
Untuk pelumas 0W-20 memberikan kelebihan terhadap perlindungan atas keausan dan kerusakan penting pada mesin. Sedangkan pada SAE 0W-30 tidak mampu memberikan proteksi yang sama seperti yang diberikan oleh SAE 0W-20.
Baca juga: Karoseri Laksana Rilis 2 Sleeper Bus Terbaru Milik PO Khatulistiwa Trans
“Viskositas rendah pelumas sangat diperlukan kejujuran dan komitmen pemegang merek untuk memproduksi pelumas tersebut dengan menggunakan base oil group III+ dan additive berkualitas,” ujarnya.
Pentingnya penggunaan base oil group III+ dan high quality additive, kata Arief, adalah untuk mengatasi viskositas index yang stabil pada saat temperature tinggi, sehingga pelumas tersebut mampu memberikan proteksi yang terbaik untuk mesin kendaraan.
“Kualitas rendah base oil dan additive yang rendah akan menyebabkan vindex yang tidak stabil, sehingga menimbulkan banyak permasalahan pada mesin mulai dari temperature naik, LSPI, sampai terbentuknya lumpur di dalam mesin,” ungkapnya.
Baca juga: Mengenal Sasis Bus Scania yang Mengaspal di Indonesia