MobilKomersial.com — Scania berkolaborasi bersama DHL Group untuk mengembangkan truk baterai listrik dengan generator bertenaga bahan bakar yang diklaim membuat truk listrik mampu beroperasi penuh tanpa harus menunggu jaringan pengisian daya yang lengkap.
Diketahui sebelumnya, kendaraan listrik merupakan solusi utama dalam sistem transportasi yang berkelanjutan, maka dari itu sejumlah produsen otomotif telah mulai beralih untuk memproduksi kendaran listrik.
Baca Juga: Update Isuzu Soal Truk Listrik: Unit Kami Siap, Tinggal Tunggu Infrastrukturnya
Namun, ada kendala seperti kurangnya titik pengisian daya, tingginya biaya untuk memastikan kapasitas pengisian daya yang cukup, dan tekanan pada jaringan listrik serta harga listrik yang yang terus meingkat seiring berjalannya waktu.
Oleh sebab itulah, Scania sebagai produsen truk dan bus terkemuka di Eropa bekerja sama dengan DHL memperkenalkan truk Scania EREV (Extended Range Electric Vehicle) untuk memberikan solusi dalam transisi menuju transportasi listrik, khususnya bagi kendaraan logistik.

Tobias Meyer, CEO DHL Group mengatakan bahwa saat ini jaringan dan infrastruktu stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) masih sangat terbatas, sehingga operasional truk bertenaga 100% listrik pun belum bisa bekerja optimal.
Terlebih lagi, lanjutnya, DHL yang hampir setengah armadanya sudah menggunakan truk baterai listrik mengaku masih cukup sulit, terutama bagi armada truk listrik logistiknya yang sejatinya harus bekerja menempuh perjalanan yang sangat jauh.
Baca Juga: Amazon Pesan Lebih Dari 200 Unit Mercedes-Benz eActros 600, Pesanan Truk Listrik Terbesar Daimler
“Butuh waktu sebelum listrik terbarukan, jaringan, dan infrastruktur pengisian daya tersedia dan cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan operasional truk baterai-listrik, terutama untuk sistem berskala besar seperti jaringan parsel DHL,” ucapnya dalam siarannya, Selasa (11/3/2025).
“Alih-alih menunggu hari itu tiba (menunggu jaringan dan infrastruktur lebih merata), DHL dan Scania berkolaborasi dalam solusi pragmatis untuk membuat operasional logistik lebih berkelanjutan dan tetap mengurangi emisi CO2 lebih dari 80%,” sambungnya.

Lebih jelasnya, Scania dan DHL tengah merancang truk baterai listrik yang mampu tetap beroperasi dengan menggunakan bahan bakar solar melalui generator khusus, ketika kapasitas baterai pada truk tersebut mulai menipis atau hampir habis.
Generator bahan bakar itu akan menggantikan salah satu paket baterai dalam truk listrik yang tidak diperlukan untuk sebagian besar rute transportasi, sehingga mengurangi jarak tempuh yang berasal dari baterai, tetapi menyediakan energi cadangan untuk operasionalnya.
Baca Juga: Profil Volvo FM 6x4T Electric, Truk Listrik Eropa Pertama di Indonesia
Dengan begitu, truk listrik tersebut memiliki kemungkinan jarak tempuh 650 hingga 800 km (tergantung pada hasil pengujian) dan dapat diisi ulang bahan bakarnya di stasiun pengisian bahan bakar konvensional (pom bensin) mana pun, jika diperlukan.
Truk listrik ini tengah digunakan oleh divisi Post & Parcel DHL di Jerman untuk melakukan serangkaian uji coba dengan melakukan pengiriman barang sehari-sehari dari Berlin ke Hamburg yang memiliki jarak kurang dari 300 km.

“Kendaraan ini merupakan solusi yang masuk akal dan praktis yang dapat memberikan kontribusi langsung untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam transportasi barang dalam jangka pendek, seiring menunggu SPKLU yang lebih merata di jalur-jalus logistik,” tuturnya.
EREV ini adalah truk heavy duty berbobot 40 ton yang ditenagai oleh mesin listrik bertenaga 308-395 dk. Dimana, energi daya truk ini disalurkan oleh baterai berkapasitas 416 kWh dan generator bahank bakar sebesar 120 kW atau sekitar 160 dk.
Dengan bantuan generator onboard yang awalnya ditenagai bahan bakar bensin dan kemudian diganti oleh bahan bakar biodiesel atau HVO, jangkauan truk EREV ini dikliam dapat meluas hingga mencapai sekitar 800 km dengna kecepatan maksimumnya adalah 89 kpj (km/jam).
Baca Juga: Tekan Biaya TCO, Jadi Motivasi Indotruck Bawa Truk Listrik Volvo Ke Indonesia
Melalui solusi ini, Christian Levin, CEO Scania mengatakan bahwa kebijakan UE dan nasional harus mengakui dan memberi insentif bagi konsep truk EREV melalui pengakuan yang memadai terhadap intensitas emisi yang realistis dan pengurangan tol jalan raya yang proporsional.
“Kendaraan yang telah kami kembangkan bersama DHL adalah contoh solusi sementara yang dapat meningkatkan skala transportasi berat yang didekarbonisasi sebelum sistem transportasi akhirnya menjadi 100 persen terelektrifikasi,” ujar Levin.
“Oleh sebab itu, transisi iklim yang efektif mengharuskan para pembuat kebijakan menerima solusi tersebut, sembari meningkatkan investasi mereka dalam meratakan infrastruktur pengisian daya publik dan kondisi yang memungkinkan lainnya untuk transportasi listrik,” pungkasnya.
Baca Juga: Alasan Daimler Belum Menjual Truk Listrik Mercedes-Benz di Indonesia