MobilKomersial.com – Seiring panasnya kasus invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina membuat industri otomotif dunia turut mengambil tindakan terhadap situasi yang memicu perang dunia tersebut.
Meski merupakan pasar otomotif terbesar kedelapan di dunia dengan sekitar 1.666.780 mobil terjual di negara itu tahun lalu, beberapa pabrikan otomotif telah bersih keras untuk memutuskan hubungannya dengan Rusia.
Beberapa produsen mobil telah menyatakan untuk menghentikan kegiatan ekspor kendaraan ke Rusia, bahkan ada juga diantaranya yang memutuskan untuk menghentikan produksi kendaraan di Negeri Beruang Putih itu baik dengan alasan untuk tidak ikut campur hingga alasan kekurangan semikonduktor.
Baca Juga: KrAZ-6322, Truk Bongsor Penjaga Ukraina
Berikut beberapa produsen otomotif terkemuka di dunia yang memutuskan hubungan dengan Rusia.
Volvo
Volvo menjadi merek otomotif pertama yang mengambil tindakan di tengah invasi Rusia ke Ukraina dengan menangguhkan pengiriman mobil ke negara itu hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Meski perusahaan asal Swedia ini telah menjual sekitar 9.000 mobil di Rusia pada tahun 2021. Volvo mengatakan membuat keputusan karena “potensi risiko yang terkait dengan materi perdagangan dengan Rusia, termasuk sanksi yang dikenakan oleh UE dan AS,” menurut Reuters.
BMW
Produsen mobil Jerman BMW mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah menghentikan ekspor mobil ke Rusia dan akan menghentikan produksi di sana. Perusahaan juga memperkirakan produksi akan terganggu karena hambatan pasokan.
“Karena situasi geopolitik saat ini, kami menghentikan produksi lokal kami di Rusia dan mengekspor ke pasar Rusia,” kata BMW dalam sebuah pernyataan.
General Motors
General Motors (GM) telah menangguhkan beberapa bisnisnya di Rusia. Perusahaan asal Amerika itu menghentikan semua ekspornya ke Rusia meski telah mencatat penjualan sekitar 3.000 unit kendaraan di negara tersebut setiap tahunnya.
“Pikiran kami bersama orang-orang Ukraina saat ini. Hilangnya nyawa adalah sebuah tragedi, dan perhatian utama kami adalah untuk keselamatan orang-orang di wilayah tersebut,” ungkap GM mengutip Autocar, Rabu (2/3/2022).
Baca Juga: Gandeng Lightning eMotors, GM Siap Produksi Truk Listrik Medium-Duty
Hyundai
Pabrikan otomotif asal Korea, Hyundai juga telah menghentikan produksinya di pabrik St Petersburg di Rusia meski pihaknya mengaku dengan alasan kekurangan semikonduktor.
“Pabrik akan ditutup sementara, karena gangguan pasokan yang disebabkan oleh kekurangan semikonduktor,” ucap Hyundai yang juga mengatakan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kasus Rusia dan Ukraina saat ini.
Jaguar Land Rover
Jaguar Land Rover (JLR) telah menghentikan pengiriman kendaraannya Rusia. Perusahaan asal Inggris itu mengatakan prioritasnya adalah “kesejahteraan seluruh tenaga kerja kami dan keluarga mereka, serta mereka yang berada dalam jaringan kami yang diperluas”.
“Konteks global saat ini juga memberi kami tantangan perdagangan, jadi kami menghentikan pengiriman kendaraan ke pasar Rusia dan terus memantau situasi atas nama basis pelanggan global kami,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Range Rover Generasi Kelima Resmi Meluncur, Semakin Mewah dan Modern
BBC juga melaporkan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS) telah mempersulit sektor penjualan mobil di negara tersebut.
Mercedes-Benz
Mercedes-Benz mengumumkan bahwa mereka akan menyumbangkan €1 juta (£833.690) untuk mendukung mereka yang terkena dampak krisis di Ukraina.
“Sebagai tindakan darurat segera, kami menyumbangkan satu juta euro ke Deutsches Rotes Kreuz eV (Palang Merah) atas bantuan mereka untuk Ukraina,” kata CEO Ola Källenius.
Selanjutnya, Mercedes-Benz Group juga mencari opsi hukum untuk melepaskan 15 persen sahamnya di perusahaan Rusia, Kamaz, secepat mungkin, menurut surat kabar Handelsblatt.
Mitsubishi
Selanjutnya, pabrikan asal Jepang, Mitsubishi, juga turut mengatakan bahwa mereka mungkin menangguhkan produksi dan penjualan kendaraannya ke Rusia.
Menurut, Retuers, pihaknya mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan soal kasus ‘Rusia-Ukraina’ melainkan karena potensi gangguan pasokan.
Baca Juga: Begini Spesifikasi Fuso eCanter yang Bakal Mengaspal di Tanah Air
Renault
Kasus invasi Rusia ke Ukraina juga berdampak pada produsen otomotif asal Perancis yang telah menelan penurun saham sekitar 6,4 persen di negara tersebut.
Diketahui, Renault memiliki pabrik di Rusia Avtovaz, yang telah menangguhkan jalur perakitan di fasilitasnya di Rusia, karena kekurangan suku cadang. Renault sebelumnya juga telah menutup pabriknya di Moskow karena masalah pasokan.
Torsus
Pabrikan truk off-road,Torsus, telah mengatakan bahwa pihaknya menentang invasi ke Ukraina, di mana ia memiliki fasilitas di negara tersebut.
Dalam postingan media sosial, Torus mengatakan bahwa perusahaannya menerima banyak panggilan dan pesan dari seluruh dunia yang menanyakan bagaimana tim Torsus di Kyiv, Ukraina bekerja di hari-hari yang mengerikan.
Baca Juga: Torsus Luncurkan Konfigurator Digital, Bisa Rancang Bus Off-Road Impian Sendiri
“Kami terus berhubungan dengan tim Kyiv kami. Karyawan kami dan keluarga mereka aman. Kami sangat menyarankan mereka untuk menggunakan semua peringatan seperti yang direkomendasikan oleh pemerintah Ukraina. Tolong jangan tinggalkan tempat perlindungan bom sampai aman,” tulis Torsus.
“Torsus berdiri bersama Ukraina dan rakyat Ukraina dalam perjuangan mereka untuk negara mereka dan untuk perdamaian di seluruh Eropa,” katanya.
Stellantis
CEO Stellantis Carlos Tavares mengatakan bahwa setiap keputusan tentang bagaimana perusahaan akan mengubah operasinya di Rusia sangat bergantung pada apa yang akan diputuskan oleh para politisi.
“Kami diharapkan menjadi perusahaan yang patuh. Kami mematuhi aturan, undang-undang, dan peraturan di masa damai dan kami mematuhi sanksi di masa perang,” tuturnya.
Pekan lalu, Stellantis membentuk satuan tugas untuk memantau 71 karyawannya di Ukraina. “Penting bagi kami untuk tetap fokus pada orang-orang kami. Kami mewakili 170 kewarganegaraan yang berbeda di perusahaan kami. Kami adalah perusahaan mobil paling beragam di dunia,” ucap Tavares.
Toyota
Toyota dikabarkan telah kehilangan 13.000 produksi mobil menyusul serangan cyber yang menargetkan salah satu pemasok komponen listriknya.
Baca Juga: Percepat Netralitas Karbon, Toyota Rancang Bus Listrik Bersama Hino dan Isuzu
Perdana Menteri Jepang Fumio Kashida mengungkapkan bahwa Toyota tidak secara langsung menyalahkan Rusia atas kasus tersebut. Hal itu terjadi tak lama setelah Jepang mengumumkan bahwa mereka akan bergabung dengan sekutu Barat dalam memberikan sanksi kepada negara yang menyerang, termasuk dengan memblokir bank-bank Rusia untuk mengakses sistem Swift.
“Sulit untuk mengatakan apakah ini ada hubungannya dengan Rusia sebelum melakukan pemeriksaan menyeluruh,” ucapnya.
Volkswagen
Volkswagen telah menghentikan pengiriman mobil ke dealer lokal di Rusia, karena masalah rantai pasokan yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Pihaknya mengaku bahwa produksi akan dihentikan selama “beberapa hari” minggu ini di dua pabrik di negara asal Volkswagen, Jerman, karena suku cadang yang diperlukan belum dibuat di Ukraina.