Jakarta, MobilKomersial.com – Mesin kendaraan diesel modern pada mobil berpenumpang atau niaga saat ini sudah menggunakan sistem commonrail. Sistem ini diklaim memiliki berbagai keunggulan dibanding diesel konvensional, salah satunya adalah kerja mesin yang lebih optimal.
Diketahui, common rail merupakan sistem penyuntikan solar bertekanan tinggi yang dikontrol secara elektronik. Engine Control Module (ECM) akan mengatur jumlah timing dan tekanan injeksi sehingga membuat emisi lebih rendah, suara halus dan output maksimal.
Perbedaan antara common rail dan konvensional ada pada kestabilan tekanan. Kontrol injeksi bahan bakar di common rail tidak terpengaruh beban putaran mesin dan beban kendaraan. Sedangkan konvensional dipengaruhi oleh kedua faktor di atas.
Selain itu, perbedaan lain yang ada pada diesel konvensional adalah kontrol mesin yang masih mengandalkan gerakan kabel besi penghubung dari pedal gas. Dan putaran komponen yang bisa menggeser pintu besar atau kecilnya solar. Dengan kata lain, sistem pengiriman bahan bakar mesin diesel konvensional masih mekanikal.
Untuk mesin diesel modern, dari pompa masuk dulu ke sisitem commonrail, sehingga tekanannya stabil. Sementara yang konvensional, dari pompa langsung ke injector. Artinya tergantung pada putaran mesin kendaraan atau sesuai kebutuhan.
Baca juga: Kenalkan Mesin Sistem Commonrail, Isuzu Gelar Webinar Bersama Siswa dan Guru SMK
Kemudian tekanan injeksi yang dikeluarkan dari sistem common rail mampu mencapai 200 Megapascal. Kecepatan injeksinya mencapai satu milisekon dan jumlah injeksinya 50 milimeter kubik dengan plus minusnya satu milimeter kubik sehingga kepresisian injeksi tersebut yang membuat mesin dengan sistem commonrail lebih irit.
Kendati lebih efisien dan lebih bertenaga dibanding mesin diesel konvensional, teknologi common rail ini wajib wajib dipadu dengan turbocharger dan sistem direct injection. Artinya, akan terjadi konsekuensi tekanan pada sistem bahan bakar mesin diesel common rail sangat tinggi.
Tekanan bahan bakar diesel common rail berkisar 1.600-2.000 bar. Sedangkan diesel konvensional hanya mencapai 176-225 bar. Oleh karena tekanan sistem bahan bakarnya tinggi, mesin diesel common rail membutuhkan bahan bakar berkualitas tinggi yang rendah kandungan sulfur.