MobilKomersial.com — Kenaikan harga bahan bakar akan berdampak pada perhitungan pengeluaran dalam kalkulasi total operasional perusahaan. Apalagi jika setengah dari pengeluaran biaya operasional justru adalah bahan bakar.
Dengan naiknya harga bahan bakar bersubsidi pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 serta solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800, maka berhemat saat dijalan sangat diperlukan serta gaya berkendara juga perlu diperhatikan.
Dilansir dari laman Isuzu Astra, setidaknya ada enam hal yang perlu diperhatikan pada gaya berkendara pengemudi agar penggunaan solar bisa lebih hemat, yakni jaga kecepatan, jaga RPM mesin, memaksimalkan gigi tinggi, menjaga kecepatan konstan, efektivitas engine brake, dan idling.
JAGA KECEPATAN
Perlu diketahui, dalam kinerja mesin sebuah kendaraan terutama di Isuzu, kecepatan 80 km/jam adalah kecepatan yang ideal, terutama di jalan tol yang memungkinkan kecepatan tersebut. Jika dikomparasikan, kecepatan 80 kpj setara 6,7 km per liter, sedangkan 90 kpj setara 6,1 km per liter, dan 100 kpj setara 5,4 km per liter.
JAGA RPM
Dalam hal menjaga RPM atau putaran mesin, cenderung menginjak pedal setengah bisa lebih menghemat solar dibanding menginjak hingga full. Demikian pula dengan RPM seperti pada keterangan di spidometer. RPM 1.000-2.000 (zona hijau di spidometer) adalah kategori hemat, sedangkan RPM 3.000 ke atas (zona merah) akan jauh lebih boros.
MAKSIMALKAN GIGI TINGGI
Memaksimalkan gigi tinggi (4, 5, dan 6) juga membuat kendaraan lebih hemat solar dibandingkan cenderung di gigi 3 ke bawah. Sebab, dengan RPM yang sama, laju mobil menjadi lebih jauh. Menurut catatan Isuzu, cenderung memanfaatkan gigi 6 bisa meraih 10,6 km per liter dibandingkan di gigi 4 (6,7 km per liter).
JAGA KECEPATAN KONSTAN
Dengan kecepatan yang konstan maka RPM yang dihasilkan juga konstan. Untuk menjaga kecepatan konstan, maka RPM tidak naik turun dan bisa menghasilkan efisiensi solar 6,7 km per liter. Jika kita tidak konstan dalam kecepatan, maka hasilnya bisa di 6,1 km per liter, atau bahkan 5,5 km per liter.
Contohnya, terkadang pengemudi berakselerasi lalu melambatkan laju dengan mengaktifkan exhaust braking atau rem knalpot. Rem knalpot memang berperan untuk meminimalkan beban rem cakram ataupun tromol pada roda. Namun, mengandalkannya karena kita kerap berakselerasi tiba-tiba sama saja membuang solar karena daya tertahan dalam pengereman.
PENGEREMAN
Pengereman kendaraan akan terjadi pengurangan kecepatan atau deselerasi, itu juga berpengaruh pada efisiensi solar. Triknya adalah menghindari pengereman secara tiba-tiba walaupun sebenarnya pengemudi bisa memperhitungkan dan sadar bahwa kendaraan sudah harus stop pada jarak tertentu.
Akan lebih efisien jika pengemudi sedari awal memperlambat kendaraan serta sudah menggunakan engine brake atau pengereman mesin, contohnya dalam 300 meter menuju jarak yang ditentukan. Perbandingannya, jika melaju dan rem tiba-tiba bisa membuang 24,1 cc solar, pelambatan dengan engine brake dalam 300 meter menuju titik berhenti hanya menghabiskan 0,8 cc solar.
MESIN MENYALA SAAT DIAM
Hindari mesin menyala saat berhenti dengan waktu lama. Misalnya saja, saat penurunan barang dalam jumlah kecil, sekadar urusan administrasi, dan lainnya yang mungkin terbilang sebentar secara waktu. Sebab, saat itu, sudah pasti solar terbuang percuma. Namun jika hal ini dilakukan secara sering, tentu efeknya akan berpengaruh pada total efisiensi solar.
Baca juga: Jangan Panik, Berikut Langkah-langkah Apabila Saldo E-Toll Tidak Cukup Saat Transaksi di Gerbang Tol