Jakarta, MobilKomersial.com – Pemerintah saat ini sedang giat membangun infrastuktur sebagai upaya meningkatkan mobilitas penduduk serta distribusi barang dan jasa di seluruh wilayah Indonesia guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) bersama PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) turut ambil bagian dalam mendukung pembangunan infrastruktur dari program kerja Pemerintah tersebut.
Hal itu dibuktikan dengan pencapaian produksi kendaraan Hino ke 500 ribu unit yang bersamaan dengan perayaan hadirnya Hino di Indonesia selama 37 tahun sejak berdirinya pada tanggal 17 Desember 1982.
“Pencapaian produksi kendaraan ke 500 ribu unit tersebut merupakan hasil dari proses panjang, kerja keras dan adanya dukungan penuh dari pelanggan, diler, pemegang saham, manajemen, karyawan, serikat pekerja, pemasok, instansi pemerintah terkait serta pihak-pihak lainnya,” ujar Presiden Direktur PT HMMI, Masahiro Aso disela pameran GIICOMVEC 2020 di JCC, Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Dari sebanyak 500.000 kendaraan itu, kata dia, 45 persennya berasal dari model truk Hino FN dari total keseluruhan model Hino yang ada di Indonesia.
Selain itu, sejak 2011 perusahaannya juga mendukung pendapatan devisa melalui kegiatan ekspor komponen dan kendaraan.
Saat ini HMMI tercatat sebagai perusahaan produsen pertama di Indonesia yang melakukan ekspor kendaraan truk dan bus.
“Vietnam dan Filipina menjadi negara penerima truk Hino terbanyak sampai saat ini. Selanjutnya baru negara lain dengan total 15 negara seperti Laos, Haiti, Bolivia dan beberapa negara di Afrika Barat,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, ekspor komponen kendaraan bermotor Hino juga telah dilakukan ke 17 negara tujuan.
Di waktu bersamaan, Direktur Penjualan dan Promosi PT HMSI, Santiko Wardoyo mengatakan bahwa pada 2019 total ekspor Hino mencapai 2.365 unit. “Tahun ini kami menargetkan ekspor dapat mencapai 2.310 unit,” tukasnya.
Santiko menjelaskan, produk yang diekspor ke dua negara itu memiliki spesifikasi standar emisi Euro4. Adapun, ekspor ke negara lainnya seperti, Kamboja dan Kamerun masih menggunakan standar emisi lebih rendah yakni, EURO 2.
Pada 2020, lanjutnya perseroan optimistis kinerja ekspor mulai membaik seiring dengan perluasan penetrasi ke sejumlah pasar baru. Selain itu, produk baru juga akan menjadi andalan untuk menggenjot ekspor tahun ini.
“Nantinya, volume dan nilai ekspor akan terus ditingkatkan, sejalan dengan diberlakukannya ambang batas emisi gas buang Euro4 pada tahun 2021,” tutur Santiko.