MobilKomersial.com — Dalam event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 yang berlangsung pada 5-7 September 2023 kemarin, PT PLN (Persero) telah mengajak negara-negara ASEAN untuk berkolaborasi dalam pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Darmawan Prasodjo selaku Direktur Utama PLN mengatakan bahwa langkah ini dilakukan sebagai upaya mempercepat transisi peralihan dari kendaraan konvensional menuju ekosistem kendaraan listrik (EV).
Baca Juga: Kemenperin Tegaskan Percepatan Ekosistem EV di Indonesia Perlu Kolaborasi
Dirinya memaparkan bahwa sejauh ini, terdapat 846 SPKLU di seluruh Indonesia, di antaranya 620 SPKLU milik PLN, sedangkan sisanya milik agen tunggal pemegang merek (ATPM) yakni Hyundai 157 SPKLU, Mitsubishi 17 SPKLU, dan 52 SPKLU dari mitra lain.
“PLN berkomitmen mendukung tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dengan terus menambah jumlah SPKLU menjadi 1.715 pada tahun 2023,” ungkap Darmawan mengutip keterangan resminya pada Selasa (12/9/2023).
Darmawan menambahkan, sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang telah memberikan program insentif pada pembelian kendaraan listrik, maka telah diproyeksikan pada tahun 2030 pertumbuhan populasi EV akan meningkat sebesar 335 ribu.
Namun demikian, PLN mengaku tidak bisa berkerja untuk membangun SPKLU dan menawarkan skema bisnis kepada berbagai mitra untuk ikut membangun infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia.
Baca Juga: MG Sebut Pabrik di Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan Pasar Otomotif ASEAN
“Mengingat kebutuhan yang besar, akan sangat baik jika kerja sama ini dapat terjalin dengan langkah ikut mendukung penambahan infrastruktur kendaraan listrik,” ujar Darmawan.
Dalam ajakan kemitraan tersebut, PLN mengembangkan model bisnis SPKLU skema franchising dengan biaya investasi yang terjangkau, komersial dan feasible yang menjadi opsi menarik bagi kedua pihak, dimana mitra yang bergabung akan mendapatkan revenue sharing secara realtime.
“Revenue di SPKLU akan diperoleh dari total penjualan energi listrik untuk pengisian ulang kendaraan listrik dan tambahan biaya layana yang dikenakan pengguna untuk pengisian di SPKLU Fast Charging dan Ultra Fast Charging,” ungkapnya.
Kendati demikian, Darmawan menyebut saat ini kebutuhan menggunakan EV adalah pilihan strategis karena dapat membantu menurunkan emisi karbon. Untuk itu, dia mengajak masyarakat ikut ambil bagian dalam penurunan emisi karbon dengan beralih menggunakan kendaraan listrik.
Baca Juga: Hyundai Hadirkan EV Charging Stations di 52 Pusat Perbelanjaan PT Lippo Malls Indonesia
“Emisi karbon kendaraan EV hanya separuh dari kendaraan Internal Combustion Engine (ICE), sehingga penggunaan kendaraan EV akan mengurangi emisi karbon sektor transportasi lebih dari 50 persen dibandingkan kendaraan ICE,” pungkas Darmawan.