MobilKomersial.com — Selang bahan bakar adalah komponen vital dalam transfer bensin, solar, dan bahan bakar berbasis minyak bumi lainnya di berbagai sektor, mulai dari otomotif hingga di sektor kedirgantaraan.
Selama ini, NBR (Karet Nitril Butadien) telah menjadi pilihan populer berkat ketahanannya terhadap minyak dan bahan bakar. Namun, seiring dengan tuntutan lingkungan dan performa yang semakin tinggi, muncul pertanyaan, “Apa bahan baku terbaik selain NBR?”.
Baca Juga: Bukan Cuma Diganti, Pahami Oksidasi Oli sebagai Alarm Dini Kerusakan Mesin
Untuk menjawab pertanyaan ini, tim MobilKomersial.com telah berdiskusi dengan seorang ahli pakar otomotif, Arief Hidayat, M.Eng., yang juga merupakan Chief Executive Officer (CEO) PT Welthy Indah Perkasa (Wealthy Group).
“Industri saat ini membutuhkan material yang tidak hanya kuat, tetapi juga tahan terhadap kondisi ekstrim. NBR bagus, tapi bukan solusi optimal untuk semua kebutuhan, terutama dengan adanya bahan bakar modern yang lebih agresif,” ucapnya, Selasa (5/8/2025).

Arief menyoroti beberapa alternatif material unggulan yang kini menjadi pilihan utama produsen.
Viton® (FKM): Sang Juara Ketahanan
Viton®, nama merek untuk FKM (Fluoroelastomer) dianggap sebagai salah satu alternatif terbaik untuk NBR untuk aplikasi selang bahan bakar karena memiliki karet synthetic berkinerja tinggi dengan ketahanan luar biasa terhadap suhu tinggi hingga bahan bakar.
“Untuk aplikasi yang membutuhkan ketahanan paling superior, FKM atau Viton® adalah pilihan terbaik. FKM adalah karet sintetis berperforma tinggi yang memiliki ketahanan luar biasa terhadap suhu tinggi, bahan kimia, dan bahan bakar,” jelasnya.
Menurutnya, keunggulan FKM sangat jelas. Material ini tahan terhadap berbagai macam bahan kimia, termasuk bahan bakar agresif dan biodiesel. Kisaran suhunya juga sangat luas, mulai dari -20°C hingga 200°C atau bahkan lebih.
Baca Juga: Punya Kualitas Premium, Seluruh Oli Mesin Wealthy Gunakan Standar Tertinggi
“Ini menjadikannya ideal untuk lingkungan ekstrem di bawah kap mesin mobil modern. Apalagi, FKM juga memiliki permeabilitas rendah, yang meminimalkan emisi uap bahan bakar, serta daya tahan yang sangat baik terhadap retak dan pembengkakan, tambahnya.
PTFE (Teflon): Solusi untuk Bahan Kimia Paling Agresif
Arief juga menyoroti PTFE (Poly Tetra Fluoro Ethylene), atau yang lebih dikenal sebagai Teflon, sebagai material revolusioner yang terkenal dengan ketahanan kimianya dan memiliki sifat gesekan yang rendah.
“Jika Anda berurusan dengan bahan bakar yang sangat agresif atau membutuhkan ketahanan kimia universal, PTFE adalah jawabannya. PTFE sangat tahan terhadap hampir semua jenis bahan bakar, termasuk bensin, solar, etanol, metanol, dan biodiesel. Jangkauan suhunya luar biasa, dari -70°C hingga 260°C,” terangnya.
Kelebihan lain dari PTFE adalah permukaannya yang anti lengket, yang mengurangi risiko endapan di dalam selang. Meskipun demikian, Arief mengakui bahwa selang PTFE lebih mahal dan kurang fleksibel dibandingkan selang karet tradisional.

Alternatif Lain yang Sesuai Kebutuhan
Selain FKM dan PTFE, Arief menyebutkan beberapa material lain yang memiliki peran spesifik:
- EPDM: EPDM memiliki ketahanan luar biasa terhadap panas, ozon, dan cuaca, tetapi kompatibilitasnya dengan bahan bakar hidrokarbon terbatas, sehingga tidak cocok untuk selang bensin atau solar.
- CSM (Hypalon®): CSM bagus untuk ketahanan kimia dan ozon, tapi performanya kurang optimal dengan bensin modern yang mengandung banyak etanol.
- CR (Neoprene®): Neoprene adalah pilihan hemat biaya untuk aplikasi yang tidak terlalu menuntut atau hanya mengalami kontak bahan bakar sesekali.
Baca Juga: Oli Mesin Masih Kotor Meski Sudah Ganti? Wealthy Engine Flush Solusinya
Sebagai kesimpulan, Arief Hidayat menegaskan bahwa meskipun NBR tetap ekonomis, FKM (Viton®) adalah pilihan unggul untuk performa tinggi, sementara PTFE adalah solusi ideal untuk lingkungan paling agresif, meskipun dengan biaya yang lebih tinggi.
“Pemilihan material selang bahan bakar terbaik sangat bergantung pada persyaratan spesifik aplikasi. Penting bagi setiap insinyur dan produsen untuk memahami karakteristik setiap material agar dapat memilih yang paling tepat,” pungkas Arief Hidayat M.Eng.